Tahun 2014 lalu, untuk pertama kalinya saya mendapatkan kehormatan duduk manis di tribun utama untuk mengikuti upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka Jakarta.
Seperti mimpi yang jadi nyata. Siang itu, saya masih tidak percaya berada disana. Maklum, biasanya hanya melihat di layar kaca.
Tahun terakhir #PakeBeye menjadi inspektur upacara di Istana Merdeka. Suasananya begitu semarak! Hiasan bunga aneka warna ditempatkan di setiap sudut istana. Sampai-sampai saya memendam tanya… ini pakai uang rakyat kan? habis berapa?
Kala itu memang saya niatkan untuk mengikuti seluruh rangkaian acara, mulai dari penaikan bendera, aubade, pentas kesenian dari perwakilan penjuru nusantara, sampai parade senja upacara penurunan bendera.
Ini sekelumit kisah upacara tahun lalu.
Tahun belalu, negeri ini punya pemimpin baru.
Dari dalam hati kecil, terbersit rasa penasaran yang luar biasa. Seperti apa perbedaan suasana upacara di Istana Merdeka setelah berganti Inspektur Upacara? Dulu dari kalangan militer, kini dari sipil.
Alhamdulillah, tahun 2015 ini saya kembali menginjakkan kaki di Istana Merdeka untuk mengikuti upacara peringatan detik-detik proklamasi. Dan ternyata…. auranya berbeda. Penjagaan terasa lebih ketat. Suasananya tidak semeriah tahun lalu, dalam konteks hiasan bunga-bunga lebih sedikit. Begitupun dengan jumlah group  kesenian yang menghibur para tamu undangan sebelum upacara dimulai. Ah, positif thingking-nya, ini salah satu bentuk penghematan uang rakyat. Begitu pikir saya.
Tapi kali ini saya ingin menikmati upacara dari sudut pandang yang berbeda. Tidak lagi duduk di tribun, melainkan sibuk mondar-mandir ngintil para jurnalis yang haus akan berita. Saya mencoba meliput suasana dibalik layar upacara di Istana Merdeka.
Saya menemukan banyak kejadian menarik kali ini. Ketika para duta besar & pejabat negeri ini datang, persiapan Paspampres & Paskibraka, para chef istana, dan yang paling seru adalah ketika melihat seorang ibu menteri, dengan kebaya & sanggulnya memaksakan diri setengah berlari karena terlambat datang ketika upacara sudah dimulai. Ia pun hanya bisa berdiri di ujung tangga istana karena belum juga mendapat kursi. Saya hanya bisa tertawa geli.
Ahh… tak usahlah saya banyak berbicara.
Biarkan foto-foto ini yang bercerita.
Dibalik layar upacara di Istana Merdeka.